NON FIKSI
Terpenjara Luka Lama: Menghalau galaunya pendidikan kita
Penulis : Herman JP. Maryanto
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tahun : 2015
ISBN : 978-602-02-6663-3
Buku ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
menjelaskan mengenai empat dasar pendidikan, dan yang kedua menjelaskan
mengenai pendidikan yang “memerkosa”. Buku berjudul Terpenjara Luka Lama
memberikan kesan bahwa masih banyak pendidikan yang “memerkosa” anak – anak untuk
tumbuh menjadi apa yang orangtua atau guru inginkan. Arogansi dan obsesi
orangtua atau guru tergambar jelas pada setiap cerita yang terdapat di buku
ini. Membaca buku ini anda sedang
mentransformasikan diri menjadi guru atau orangtua yang bermanfaat bagi anak –
anak.
Anakmu bukanlah anakmu begitulah kata Kahlil Gibran.
Setiap anak
memiliki potensi. Potensi merupakan
sesuatu yang besar yang dapat anak lakukan, berbeda dengan bakat. Bakat
merupakan bagian terkecil dari potensi, dengan kata lain bakat ialah bagian
potensi yang teraktualisasi. Pada poin ini orangtua dan guru cukup menaruh kepercayaan besar akan adanya
potensi dalam diri setiap anak. Mendidik bukan memaksakan kehendak, bukan pula
memindahkan sebanyak – banyaknya bahan ajar ke dalam kepala anak. Seperti apapun
kondisi anak, tidak boleh ada yang melabel bahwa anak itu bodoh, anak itu
cemen, dan sebagainya. Karena itu hanya akan menghambat proses muncul-keluarkan
potensi anak.
Setiap Anak
Memiliki “Masa Inkubasinya” Sendiri. Pemaknaan
waktu anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Anak – anak umumnya sulit
membedakan batas-batas antara masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Anak –
anak senantiasa fokus pada waktu sekarang. Mereka akan totalitas mengerjakan
apa yang sedang mereka kerjakan. Sedangkan orang dewasa melakukan kegiatannya
cenderung demi masa depan.
Contoh hal yang sering terjadi di sekolah, ketika
istirahat anak-anak sedang berdebat mengenai gadget model terbaru dianggap
membuang waktu. Singkatnya, guru terlalu mendominasi penggunaan waktu anak demi
mencapat target kurikulum yang sudah ditetapkan. Setiap anak memiliki masa “inkubasi”
masing – masing. Guru dan orangtua tidak harus memaksakan anak untuk bisa
melakukan sesuatu dalam tenggat waktu tertentu. Yang harus dilakukan mereka
hanyalah memercayai dan mengetahui setiap anak mempunyai waktunya
masing-masing.
Setiap Anak
Tumbuh.
“ setiap anak terlahir genius, tetapi kita (orang dewasa) memupuskan kegeniusan mereka dlam enam bulan pertama” (Buckminster Fuller)
Setiap anak tetap akan tumbuh dan berkembang,
entah ada atau tidak keterlibatan orangtua atau guru dalam proses
pertumbuhannya. Memaksakannya hanya akan membuatnya tertekan. Anak usia sekolah
memiliki jiwa dinamis, kreatif, dan inovatif tidak mau dipaksa-paksa. Seperti apa
yang dikatakan Celestine Freinet bahwa setiap anak secara alamiah tidak suka
jika disuruh untuk menaati perintah secara pasif.
Menaruh Harapan.
Contra
spem in spem credere. Percaya kepada
harapan melawan pengharapan. Tetap menaruh harapan walaupun sebenarnya sudah
tidak ada harapan. Harapan sebagai orangtua dan guru terhadap anak pasti akan
berubah. Tetaplah berharap karena harapanmu tidak akan sia – sia.
Bagian
kedua berisi kupulan cerita – cerita pendek tentang tindakan mendidik yang “memerkosa”
yang dilakukan oleh orangtua atau guru. Cerita inspiratif yang menyadarkan
pendidik, yang ditulis berdasarkan peristiwa nyata, direflesikan, dan dikemas
menjadi narasi yang menarik dan mudah dipahami.
Salah satu contoh cerita yang berjudul “ Hasrat
Mama Membawa Petaka”, Dhana merupakan anak tunggal Ibu Rina, Mamanya ingin
menjadikan dhana menjadi orang sukses, kaya harta, dan dapat membanggakan
orangtuanya. Dhana hanya bisa mengikuti kemauan mamanya dengan mengikuti
berbagai ekstrakulikuler. Hasil akhirnya, si Dhana dewasa terjerat tindak
korupsi ketika ia bekerja di sebuah institusi pemerintah. Bukan kebanggaan yang
diperolehnya, melainkan penyesalan dan penderitaan.
Buku ini diharapkan dapat mengubah mindset guru dan orangtua dalam mendidik
murid – murid, atau anak – anaknya. Buku ini wajib dibaca oleh para guru,
orangtua, pendidik, dan siapa saja yang peduli terhadap masa depan generasi
bangsa.
Post a Comment
0 Comments